Aku telah lama mengenal kamu, bukan baru kemarin sore. Kamu seperti
selembar kertas yang aku baca setiap pagi, seperti kursi yang aku duduki setiap
siang, dan radio yang aku dengarkan setiap malam. Aku tahu getar suaramu, aku
ingat lirik matamu dan aku mengerti arti senyummu. Aku tahu saat kau mengantuk
juga bosan. Aku hafal warna kesukaanmu, dan lagu-lagu yang sering kamu
dengarkan. Aku kenal sahabatmu, aku juga ingat wajah ibumu, aku pernah menjabat
tangan saudaramu, dan aku pernah menyentuh barang kesayanganmu. Aku mengerti
bahwa kau tidak suka soda, enggan menunggu lama, dan pantang pulang di larut
malam. Aku ingat kau benci dengan asap rokok dan tidak tahan dengann gesekan
pada lehermu. Aku tau saat maag-mu kambuh, aku bisa merasakan perih yang
perutmu rasakan. Sebegitunya aku mengenal kamu, dan kau juga memahaminya. Maka apalagi
yang mau kau tanyakan padaku tentang seberapa perihnya aku yang kamu dustai?
Meninggalkan aku telah menjadi niatmu. Mungkin menyesalinya
akan datang di hari lain. Kini, kau bisa selingkuh di belakangku, tetepi, kau
tidak bisa melakukannya di atas langit. Karena ada mata di balik sana, dan pula
dalam hatiku.
Salam damai senantiasa,
Aku.
No comments:
Post a Comment